Jangan Memaksa Anak Untuk Berhenti Bermain Game, Tapi Arahkan !

Achmad Nofandi Reply 3:28 AM
Post ini memang sedikit melenceng dari tema Blog, tapi masih ada kaitannya. Cekidott:



Sebagian masyarakat masih memandang aktivitas bermain game elektronik sebagai kegiatan negatif. Mereka hanya melihat dari satu sudut pandang yakni main game atau lebih populer dengan sebutan nge-game hanyalah buang-buang waktu. Padahal jika dilakukan dengan benar, nge-game tidak memberikan dampak negatif seperti anggapan sebagian masyarakat itu.

Ada nilai positif yang bisa didapatkan seorang gamers dari game yang dimainkannya —sama seperti aktivitas permainan lainnya— dengan catatan si gamers bisa mengelola aktivitas bermain game dengan benar. Bahkan ada program training yang diperuntukan bagi para orang tua yang mengangkat isu game sebagai materi pembahasannya yakni "Jangan Paksa Anak Anda Berhenti Main Games tetapi Ajar Mereka Bagaimana Mengelolanya".

"Bisa mengelola", itulah kata kunci bagi orang tua untuk bisa mengajarkan hal positif kepada anak melalui aktivitas nge-game.

Pada artikel ini akan dibahas mengenai cara menjadikan aktivitas nge-game sevagai sarana anak untuk belajar demi mendapatkan sisi positifnya.

1. Melatih konsentrasi


Seseorang jika sudah bermain game, maka mereka akan berkonsentrasi penuh untuk bisa menyelesaikan beragam misi yang diberikan. Nah, di sinilah peran orang tua untuk mengingatkan anak bahwa konsentrasi yang seperti itu juga sebaiknya dan bisa diterapkan ke dalam proses belajar di sekolah, tempat les atau praktek.

Dengan pengarahan seperti itu, sedikit banyak pasti sang anak bisa menganalisa bahwa "Oh ternyata seperti ini konsentrasi yang baik untuk belajar." Dari bermain game diarahkan ke pelajaran. Bukan hanya mengatakan kepada anak untuk berhenti bermain game, atau bahkan menghina kegiatan yang mereka sukai. Dengan menghina atau menganggap kegiatan anak itu tidak baik tanpa memberikan alasan yang cukup masuk akal, bisa jadi akan tumbuh perasaan defensive pada anak terhadap nasehat-nasehat dari orang tuanya.


2. Melatih analisa


Menyelesaikan beragam misi dalam game tidak hanya cukup dengan konsentrasi. Pada game bergenre strategi, pemain dituntut untuk bisa menganalisa strategi yang baik dan efektif untuk menyelesaikan suatu misi. Bagian itulah yang akan mengasah kemampuan analisan anak.

Ada baiknya juga orang tua mendampingi anak ketika memainkan game yang menuntut analisa, karena bisa jadi sang anak sangat ingin menyelesaikan misi yang sedang dijalani namun belum memiliki cukup kemamuan untuk menganalisa masalah yang dihadapi. Supaya anak tidak stres dengan keinginannya itu, ada baiknya orang tua membantu anak untuk ikut memecahkan masalahnya dengan memberikan petunjuk yang diperlukan. Saat itulah selipkan nasehat-nasehat baik kepada anak.

Apabila anak merasa orang tuanya bisa membantunya dalam hal yang disukai, tidak menutup kemungkinan jika nantinya anak juga akan senang hati mendengarkan nasehat orang tua atau bahkan meminta pendapat orang tua atas beragam permasalahan yang dihadapinya kelak.

3. Melatih motorik


Seperti yang diketahui bahwa dalam bermain game, seorang gamers memelukan sarana visual dan input untuk bisa mengendalikan sosok yang terdapat di dalam game. Tahapan inilah yang akan melatih kecepatan berfikir anak antara yang ditampilkan di layar, dengan aksi apa yang harus dilakukan oleh anak pada alat input yang yang digunakan, atau alat itu lebih populer dengan sebutan kontroler.

Ada banyak jenis kontroler game yang beredar saat ini, mulai dari joystik biasa hingga setir mobil yang rumit. KotakGame juga pernah membahas mengenai variasi kontroler yang beredar di seluruh dunia dari zaman dulu hingga masa kini, Kotakers bisa membacanya di sini.

Perkembangan teknologi game sekarang sudah sampai ke perangkat mobile yang dilengkapi oleh layar sentuh. Variasi kontrol untuk memainkan game pun jadi semakin banyak. Apalagi jika mengacu ke game arcade yang biasanya hanya mengkhususkan satu mesin untuk satu game, sehingga kontroler yang disematkan pada mesinnya pun akan membawa pengalaman yang lebih nyata kepada gamers-nya.

4. Melatih kemampuan berbahasa asing


Sebagian gamers merasa bahwa aktivitas main game telah kemampuan berbahasa mereka meningkat. Bahasa di sini adalah bahasa asing seperti Inggris atau sebagian kecil bahasa Jepang. Bukan berarti dengan bermain game maka tidak perlu lagi kursus atau belajar bahasa asing di sekolah, tetapi dengan main game yang menggunakan bahasa asing, maka gamers bisa mengasah kemampuan dasar yang telah diperoleh di sekolah atau tempat kursus.

Kebanyakan game, khususnya mayoritas game konsol masih menggunakan bahasa Inggris dan Jepang sehingga untuk bisa menyelesaikan berbagai misi yang terdapat di dalamnya, mau tidak mau gamers harus memahami bahasanya. Hal itulah yang secara tidak langsung jadi motivasi mereka untuk terus memperbaiki kemampuan berbahasa asing.

5. Memperkaya Imajinasi


Bermain game juga bisa mengasah kemampuan anak untuk berimajinasi. Ada beragam kisah inspiratif yang disajikan dalam sebuah game —sejarah, fabel, fantasi, teka-teki dan masih banyak lagi— yang mana hal itu akan memberikan anak banyak referensi untuk mengambil keputusan. Peran orang tua juga diperlukan dalam tahap perkembangan imajinasi melalui game ini yakni untuk membedakan mana yang baik, buruk, fiksi dan kenyataan.


6. Melatih Kerjasama


Salah satu fitur yang biasa dihadirkan dalam sebuah game adalah multiplayer —local maupun online, versus maupun co-operation—, yang memungkinkan gamers bermain bersama dengan teman. Walaupun ada beberapa game yang hanya bisa dimainkan sendiri, tetapi dengan memilih game yang menghadirkan fitur multiplayer, maka gamers bisa tetap bersosialisasi dengan orang lain melalui game yang dimainkannya.

Secara garis besar, multiplayer di dalam game, khususnya yang co-operation, menuntut kerjasama yang baik antara satu pemain dengan pemain lainnya untuk mencapai satu tujuan seperti menjaga komunikasi, analisa, saling bertukar pendapat dan beberapa kegiatan yang menuntut kerjasama tim lainnya.

7. Menghadirkan semangat


Apabila anak sudah menggemari game, orang tua bisa menjadikan game sebagai hadiah atas pencapaian yang berhasil diraih oleh anak. Misalnya saja jika anak mendapatkan nilai yang bagus, maka orang tua bisa mengijinkan anak untuk bermain game di akhir pekan, atau membelikannya sebuah game baru yang sesuai dengan usianya.

Selain sebagai hadiah, memberikan semangat anak melalui game juga bisa dilakukan oleh orang tua ketika anak sedang bermain. Misalnya saja ketika anak putus asa pada saat gagal menjalankan misi di game, orang tua bisa menyelipkan nasehat pantang menyerah dan terus mencoba agar anak tetap memiliki pemikiran yang positif.

-***-

Terlepas dari buruk atau tidaknya pengaruh game terhadap anak, hal yang tidak kalah penting adalah peran orang tua dalam memberikan pemahaman kepada anak mengenai rating dari game yang akan dimainkan.

Apabila rating-nya tidak sesuai, maka orang tua harus menegaskan kepada anak bahwa ia tidak boleh memainkan game yang rating-nya seperti itu dan memberikan pemahaman atau pilihan lain agar si anak memainkan game yang sesuai dengan usianya.

Post a Comment

Powered by Blogger.

Search

Follow us

Popular Posts